Saturday, February 28, 2015

Yayasan Griya Jati Rasa dan Karang Taruna Panggungharjo. Belajar Bersama Membuat Berbagai Macam Olahan Singkong

Yayasan Griya Jati Rasa dan Karang Taruna Panggungharjo

Belajar Bersama Membuat Berbagai Macam Olahan Singkong


                                                                                        DIAN PRAMUDITA/GJR
                SEJUMLAH anggota Karang Taruna Cahyaning Amerta Panggungharjo, Sewon
                Bantul beserta dengan anggota Yayasan Griya Jati Rasa tampak sedang mengupas 
                ketela pohon yang merupakan sebagian dari hasil panen Karang Taruna tersebut. 
                Selanjutnya ketela tersebut diolah menjadi berbagai macam makanan ringan, dalam 
                belajar bersama pengolahan ketela, pada hari Minggu (22/2) lalu, di desa tersebut.
  
                                                                                                                         
                                   
SEWON – Yayasan Griya Jati Rasa (GJR) bekerja sama dengan Karang Taruna Cahyaning Amerta Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta mengadakan kegiatan belajar bersama mengolah singkong (ketela pohon) menjadi beberapa macam makanan ringan, pada hari Minggu (22/2) lalu, di rumah Ketua Karang Taruna tersebut, Luki Fidiantoro, Dusun Panggungharjo. Kegiatan ini juga sebagai bagian dari bentuk perwujudan program Yayasan GJR di bidang kemandirian desa.  
Direktur Yayasan GJR, DR Farsijana Adeney Risakotta menyatakan, “Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mendorong kewirausahaan Karang Taruna, sekaligus melihat alur perjalanan produksinya,” jelasnya. Tujuan kegiatan ini untuk memotivasi pemuda Karang Taruna supaya bisa bekerja sama sekaligus menghasilkan produk yang bernilai jual bagi mereka, tambahnya.
        Ketua Karang Taruna Cahyaning Amerta Panggungharjo, Luki Fidiantoro (27), menjelaskan bila Karang Taruna tersebut saat ini sedang panen ketela pohon, pada tanah kas desa seluas 2000 meter yang dikelola anggotanya, namun hanya 1000 meter persegi yang ditanami ketela pohon sejak Maret 2014 tahun lalu.“Tujuan penanaman ketela pohon ini, untuk sumber bahan baku, dengan nama Program Taruna Tani,” tuturnya, saat ditemui di sela-sela acara tersebut.
           Luki Fidiantoro mengungkapkan bila, pihaknya mulai bekerja sama dengan Yayasan Griya Jati Rasa sejak Desember 2014 lalu, di bidang ekonomi produktif. “Waktu itu sedang ada acara di Kelurahan, kemudian dikenalkan oleh Pak Lurah dengan Direktur Griya Jati Rasa, DR Farsijana Adeney Risakotta,” tuturnya.
           Sebelum kegiatan belajar bersama pengolahan ketela pohon tersebut, ada acara pemanenan sebagian ketela di tanah kas desa tersebut, oleh anggota Karang Taruna dibantu pihak Yayasan Griya Jati Rasa, pada hari Sabtu (7/2) dan  Minggu (15/2) lalu. Luki Fidiantoro menyatakan bila jumlah ketela yang dipanen kemarin itu belum diketahui secara pasti karena belum ditimbang, namun diperkirakan kurang lebih sekitar 1 kwintal.
         Ketika diminta pendapat seputar kegiatan ini, Luki Fidiantoro berpendapat, “Sangat menarik dan positif sekali, serta sekaligus bisa memberikan ide untuk usaha yang produktif bagi karang taruna,” tuturnya.  
Kegiatan belajar bersama untuk mengolah ketela pohon ini awalnya diikuti sekitar 12 peserta dari Karang Taruna tersebut dan 4 orang pengurus dari Yayasan Griya Jati Rasa. Acara dimulai dari pukul 09.00 hingga 17.00 WIB. Namun peserta Karang Taruna yang mengikuti hingga acara selesai hanya berjumlah 5 orang, dikarenakan ada kesibukan masing-masing.
Itupun hanya diikuti oleh anggota pemuda Karang Taruna sedangkan pemudinya tidak nampak hadir karena ada kesibukan masing-masing. Luki Fidiantoro menjelaskan bahwa anggota Karang Taruna ini sudah banyak yang bekerja. “Putri-putri (anggota-red) rata-rata sudah bekerja di toko-toko, jadi hari Minggu kadang tidak libur dan banyak yang sudah berkeluarga,” jelasnya. Selain itu juga kurang maksimalnya komunikasi untuk menyampaikan kegiatan ini, tambahnya.
Hal ini dibenarkan oleh Ismi Barzanah (38), “Awalnya (kegiatan ini-red) memang untuk pria dan wanita, tetapi pada hari H, yang wanita tidak ada yang hadir, sedangkan yang konfirmasi (wanita-red) hanya satu orang,” jelas pengurus Yayasan GJR ini.
Sedangkan Wakil Ketua Tiga Karang Taruna, Parjiman Rachmat (32) menjelaskan bahwa saat ini organisasinya sedang agak vakum, “Wanitanya cuma sedikit yang aktif, dan cuma itu-itu saja,” ujarnya. Dirinya menanggapi kegiatan ini cukup bagus karena bisa mengakrabkan dan berharap supaya nantinya bisa menjadi usaha ekonomi produktif karang taruna ini.
Direktur Yayasan GJR, DR Farsijana Adeney Risakotta menyatakan pihaknya menilai penting untuk memberikan penguatan bagi karang taruna tersebut guna mengatasi kevakuman. “Kegiatan belajar bersama ini diharapkan dapat mempererat kembali hubungan mereka,” tandasnya.
            Pada kegiatan kali ini, hasil panen ketela pohon tersebut dimasak menjadi berbagai makanan ringan seperti Criping, Cemplon, Lemet, dan Kue Singkong Aroma Tape Ketan Rasa Keju tanpa Keju serta Sayur daun singkong. Cripingnya pun diolah menjadi dengan berbagai rasa yaitu, Criping rasa bawang putih, rasa bawang bombay, dan rasa kayu manis.
Sumber dana untuk kegiatan belajar bersama mengolah ketela pohon ini dari Yayasan GJR, sedangkan untuk bahan baku dan peralatannya disediakan oleh pihak karang taruna. Pada kesempatan ini yang memberi contoh cara memasak dan mengolahnya dari pihak Yayasan Griya Jati Rasa yaitu, Farsijana Adeney Risakotta, Ismi Barzanah, dan Siti Kanti. Sedangkan anggota Karang Taruna, tampak lebih banyak membantu saat mengupas ketela dan menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk memasak. Nantinya resep-resep hasil olahan ketela pohon dalam belajar bersama ini akan diberikan secara tertulis dari pihak Yayasan GJR kepada Karang Taruna guna mendukung kegiatan mereka.
           Seorang anggota Karang Taruna yang sekaligus peserta dalam kegiatan ini, Mussholih (25), mengaku tertarik pada hasil olahan ketela pohon yang dibuat menjadi Kue Singkong Tape Ketan Rasa Keju Tanpa Keju, yang resepnya ditemukan saat kegiatan belajar bersama ini. “Saya tertarik yang bentuknya kue karena ada unsur rasa tape ketannya, kalau yang criping sebaiknya lebih kering lagi masaknya, terus irisannya dibuat lebih tipis,” tuturnya. Sedangkan Luki Fidiantoro lebih tertarik pada olahan criping karena tidak digoreng namun mengunakan oven dan varian rasanya juga banyak.
Waktu kegiatan belajar bersama memasak ketela pohon kemarin ini, Mussholih dan beberapa temannya tampak tidak begitu maksimal dalam mengikuti praktek membikin berbagai olahan terlebih saat mengolah Kue Singkong Tape Ketan Rasa Keju Tanpa Keju. Ketika hal itu ditanyakan kepadanya, Mussholih mengaku bila saat itu dirinya merasa agak sungkan dalam melakukan praktek. “Kemarin karena ibu-ibunya kelihatan sibuk dan tidak enak kalau nantinya justru mengganggu, kalau nantinya ada kegiatan pelatihan seperti ini lagi, saya mau benar-benar ikut praktek membuatnya,” ujar Mussholih.
Kesan Mussholih pada kegiatan belajar bersama ini yaitu dirinya merasa senang karena bisa menambah pengalaman dan ilmu baru, selain itu menurutnya selama ini kegiatan karang taruna selalu bersifat sosial, maka dengan adanya kegiatan ini diharapkan supaya kedepan dapat dikembangkan sebagai usaha ekonomi produktif bagi Karang Taruna Panggungharjo. (Pram)




                                                                                                                   



Monday, February 23, 2015

Bahas Pembentukan Griya Jati Rasa Micro Finance



Yayasan Griya Jati Rasa Kumpulkan Kelompok Usaha Binaannya

Bahas Pembentukan Griya Jati Rasa Micro Finance  


                                                                                            DIAN PRAMUDITA/GJR
     SEJUMLAH perwakilan dari berbagai kelompok usaha yang berasal 
  dari kelima desa binaan Yayasan Griya Jati Rasa, sedang mengikuti 
                 pembahasan proses pembentukan GJR Micro Finance, di Pondok Tali Rasa, 
     Jalan Dumung 100, Catur Tunggal, Depok, Sleman, Sabtu, (21/2) lalu.




DEPOK - Yayasan Griya Jati Rasa (GJR) mengumpulkan serta mempertemukan kelompok-kelompok usaha dari lima desa binaannya guna membahas proses pembentukan Griya Jati Rasa (GJR) Micro Finance, yang nantinya akan beranggotakan dari kelompok usaha tersebut. Acara berlangsung, Sabtu (21/2) kemarin di Sekretariat Yayasan GJR, Pondok Tali Rasa, Jalan Dumung 100, Karanggayam, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.
GJR Micro Finance merupakan salah satu unit usaha simpan pinjam yang dimiliki oleh Yayasan GJR. Keberadaannya bersifat umum. Difungsikan untuk mendukung serta membantu kelompok-kelompok usaha, dimulai dari kelima desa binaan Yayasan GJR. Bentuk bantuannya di bidang permodalan yang disesuaikan dengan perencanaan bisnis, guna pengembangan usaha mereka.       
Peserta yang hadir dalam acara ini sebanyak 18 orang, yang terdiri dari anggota berbagai kelompok usaha tersebut dan pengurus Yayasan GJR. Pemandu acara kegiatan ini yaitu salah satu anggota Divisi Gerakan Sosial dan Pengorganisasian Kelompok UMKM Yayasan GJR, Ismi Barzanah. Sedangkan pemberi materi yaitu konsultan perekonomian sekaligus praktisi di bidang simpan pinjam Robert Sherlynicos Amrin, SE.
            Walaupun nama acaranya pembentukkan Pengurus dan Keanggotaan GJR Micro Finance, namun kegiatan kali ini masih bersifat sharing dan dialog antara pemberi materi dengan para peserta yang berasal dari berbagai kelompok usaha tersebut. Belum sampai pada tahap untuk menentukan struktur dan susunan pengurusnya. Hasil dari kegiatan ini yaitu bisa menyerap aspirasi dari para peserta tentang permasalahan kelompok usaha mereka, sehingga nantinya bisa menjadi bahan pertimbangan dan masukan untuk proses penyusunan konsep serta aturan pada GJR Micro Finance.
            Hal tersebut dibenarkan oleh Direktur GJR DR Farsijana Adeney Risakotta (50), “Tadi belum terbentuk pengurus karena gambaran tentang GJR Micro Finance harus disamakan persepsinya terlebih dahulu, terutama bagaimana modal itu disalurkan, bagaimana melayani kelompok sehingga modal itu nantinya dikembalikan untuk bisa dipakai buat pengembangan lagi,” tuturnya saat ditemui, Sabtu (21/2) lalu. Pihaknya menjelaskan bila saat ini masih dalam proses pengorganisasian dan mencari tahu kebutuhan kongkretnya.
            “Ada faktor-faktor yang perlu dibahas terlebih dahulu, sehingga nantinya kelompok pada waktu memutuskan untuk bergabung dalam keanggotaan (GJR Micro Finance-Red) tidak merasa terpaksa dan tahu soal microfinance, tidak hanya modal, tapi juga rangkaian proses produksi juga harus dikawal,” ungkap Farsijana Adeney Risakotta.            
            Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk menemukan kesamaan tentang pentingnya modal usaha yang diperlukan oleh kelompok-kelompok usaha di desa binaan dan harus didukung oleh GJR untuk merealisasikan pencapaian kemandirian desa.
Menurut rencana dalam satu minggu ini akan dibuat AD/ART GJR Micro Finance, dengan difasilitasi oleh Robert Sherlynicos Amrin, SE, sebagai fasilitator, konsultan ekonomi sekaligus anggota yayasan GJR. Setelah AD/ART nanti terbentuk, baru akan diadakan pertemuan kembali untuk menyusun kepengurusan GJR Microfinance. Menurut rencana calon pengurusnya berasal dari pengurus Yayasan GJR dan perwakilan anggota dari penerima manfaat microfinance.
Calon anggota dari GJR Micro Finance untuk sementara ini diutamakan dari kelompok-kelompok usaha di kelima desa binaan Yayasan GJR yang kelompoknya memenuhi kriteria berdasarkan standar yang dibuat oleh GJR Micro Finance.
Salah satu Pengawas Yayasan GJR, Erlinda Panisales (59)  menyambut baik kegiatan ini, dimana pendekatannya dimulai dari pembekalan awal, lalu sharing. Diharapkan nantinya ada pendampingan bagi kelompok-kelompok untuk mewujudkan apa yang sudah dibekali tadi. “Mungkin yang perlu dilakukan sebagai tindak lanjut dari pembekalan tadi, assesment kebutuhan untuk merumuskan program peningkatan kapasitas kewirausahaan yang berkelanjutan,” ujarnya. Dirinya berharap agar kelompok-kelompok tersebut diberi contoh bagaimana membuat rencana usaha, yang diawali dengan studi kelayakan, proses produksi, penentuan harga, pemasaran dan pengembangan keorganisasian, serta ramah lingkungan tambahnya.
Salah satu peserta kegiatan ini yang merupakan pengusaha budidaya Jamur dari Kaliagung, Sentolo, Kulon Progo, Karwaji (64) menilai bahwa kegiatan ini sangat baik untuk kepentingan pemberdayaan kelompok usaha, dirinya berharap supaya segera ada penguatan modal yang diberikan untuk memperlancar usaha, “Saran saya untuk pertemuan selanjutnya ada kegiatan bagi kelompok semacam arisan, sehingga ada pengikatnya untuk anggota mau datang dan saling berkomunikasi,” ujar Pensiunan guru salah satu SD Negeri di Jetis, Kota Jogja ini. (Pram)



Friday, February 6, 2015

Staf Griya Jati Rasa Aktif Berlatih Bahasa Inggeris




Staf Griya Jati Rasa Aktif Berlatih Bahasa Inggris
Oleh Dian Pramudita 



                                                                                                                      Dian Pramudita/GJR
KARANGGAYAM-  Sekitar sepuluh orang  staf LSM Griya Jati Rasa sedang mengikuti Pelatihan Bahasa Inggris di Pendopo Pondok Tali Rasa t yang terletak di Karanggayam Caturtunggal, Depok, Sleman Yogyakata, Jumat (6/2) pagi.

KARANGGAYAM– Suasana Pendopo Pondok Tali Rasa terasa hangat, penuh antusias dan terkadang diselingi canda tawa ketika para staf Griya Jati Rasa tersebut sedang di  tempat tersebut, pada Jumat (6/2) pagi. Kantor Griya Jati Rasa terletak bersebelah dengan Pondok Tali Rasa di Jalan Dumung nomor 100, Karanggayam, Catur tunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.

Sebanyak 10 orang hadir dalam acara yang dibawakan oleh Yohanna Kurnita (28) dan Dr. Farsijana Adeney-Risakotta (49). Kegiatan ini rutin digelar setiap  hari Senin, Kamis, dan Jumat, pukul 09.00-11.00 WIB. “Ini merupakan pertemuan yang ke-8,” tutur Yohanna Kurnita yang merupakan guru pada kegiatan ini.

Pada  pertemuan kali ini setiap peserta harus bisa memberikan pertanyaan berdasarkan 5W-1H dalam bahasa Inggris pada seorang narasumber, Dr Farsijana Adeney-Risakotta berdasarkan salah satu hometown nya (kota asal-red) yang kebetulan dilahirkan di Ambon, Maluku. Selain memberikan pertanyaan peserta juga belajar mendengarkan penjelasan dalam bahasa Inggris tersebut. Obyeknya pun tentang orang yang berasal dari Ambon sehingga peserta juga dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai  salah satu kota di Propinsi Maluku tersebut.   

Tujuan diselenggarakannya pelatihan bahasa Inggris ini untuk meningkatkan kemampuan staf Griya Jati Rasa dalam berbahasa Inggris khususnya di bidang percakapan sehari-hari. Karena nantinya staf dari lembaga ini memang dipersiapkan untuk dapat berkomuikasi dalam bahasa asing itu guna mendukung program-program yang akan dilaksanakan.

Yohana Kurnita menjelaskan bila pelatihan ini lebih berfokus pada conversation supaya cepat mahir berbahasa Inggris. “Kalau di pelatihan umum biasanya grammar, listening, speaking, reading dan writing, sedangkan di  sini dari listening, speaking,  baru masuk grammar,  reading dan writing,” ungkap lulusan Pendidikan Bahasa Ingggris, Universitas Sanata Dharma yang akrab dipanggil Nita ini.

Rencananya program pelatihan  ini akan berlangsung sebanyak 24 kali pertemuan, topik dalam materi yang diberikan meliputi Number, Place to visit, Meeting  people and organisation, Eksploring your quality, Inner beauty,  and Strenght. Selain itu terkadang, komunikasi yang dilakukan di lembaga ini menggunakan bahasa Inggris  yang secara langsung maupun tidak, memacu staf untuk aktif berlatih menguasai bahasa asing tersebut.

Nita menjelaskan bila saat ini kegiatan pelatihan tersebut membutuhkan papan tulis yang besar, sebab  yang ada  hanya  papan tulis ukuran kecil, sehingga juga dibantu dengan menuliskannya pada kertas besar. “Mungkin akan lebih baik lagi kalau ada proyektor atau LCD guna mendukung kegiatan,” harapnya. 

Ketika hal ini dikonfirmasi kepada Direktur Griya Jati Rasa, Farsijana Adeney-Risakotta, pihaknya mengatakan silahkan saja menghubungi Divisi Jaringan, Pemasaran dan Ekspor (Event Organizer) yaitu Maria Julia,  yang mengelola peralatan mutli media tersebut.

Salah satu peserta pelatihan, Ismi Barzanah (36) mengapresiasi kegiatan ini, “Bagus, karena bisa memberikan peningkatan kapasitas saya dalam  bahasa Inggris, dengan berlatih vocabulary (kosakata-red) semakin bertambah,” tuturnya. Dirinya juga senang dengan metode pendekatan yang digunakan dalam pelatihan ini yang lebih bersifat partisipatif tidak hanya mendengarkan tetapi juga diajak untuk bicara dan secara langsung mempraktekkannya. 

Ismi juga berharap nantinya dalam program pelatihan peserta sering diajak nonton film asing berbahasa Inggris yang tidak ada tulisan terjemah dalam bahasa Indonesia namun ada tulisan percakapan dalam bahasa Inggrisnya.

Sedangkan Krisdiyanto (32) yang juga merupakan salah satu peserta pelatihan program ini, juga senang dengan kegiatan ini karena dirinya bisa berkembang dalam hal penguasaan bahasa inggris. “Saran saya perlu evaluasi oleh pengajar untuk mengetahui  sejauh mana ilmu yang sudah diterima peserta didiknya,” harap staf Divisi Balai  Kerja  Griya Jati Rasa ini.

Tuesday, February 3, 2015

Griya Jati Rasa Gelar Pelatihan Kewirausahaan di Desa Kaliagung


Griya Jati Rasa Gelar Pelatihan Kewirausahaan di Desa Kaliagung 

Oleh Dian Pramudita


KULON PROGO-  Griya Jati Rasa menyelenggarakan Pelatihan Manajemen Kewirausahaan, Pemasaran dan Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada hari Minggu (1/2) Siang lalu.  Kegiatan tersebut berlangsung di Balai Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.


Griya Jati Rasa merupakan Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Kreatifitas Bangsa untuk Keadilan dan Perdamaian. Desa Kaliagung, adalah salah satu desa dari lima desa binaan Griya Jati Rasa yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Sekitar 40 warga Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo, yang terbagi dalam beberapa kelompok Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mengikuti program Pelatihan ini. Acara berlangsung dari pukul 13.00 hingga 17.00 WIB. Diawali dengan Sambutan dari Direktur Griya Jati Rasa Farsijana Adeney-Risakotta, PhD, dilanjutkan sambutan oleh Kepala Desa Kaliagung, Suwito ( 55), lalu pemberian materi oleh dua orang narasumber yang berbeda.

Direktur Griya Jati Rasa, Farsijana Adeney-Risakotta, PhD, menjelaskan bahwa  tujuan diselenggarakannya pelatihan ini yaitu untuk membekali kelompok-kelompok UKM supaya mereka tahu apakah produk mereka sudah memenuhi kualitas kontrol, sesuai kebutuhan pasar, dan penguatan pengetahuan organisasi kelompok. “Kegiatan ini sesuai dengan Misi Griya Jati Rasa yaitu memandirikan desa-desa di Indonesia secara ekonomi dengan menguatkan kewirausahaan masyarakat,” jelasnya. 

Dalam Sambutannya, Kepala Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo,  Suwito, mengucapkan terima kasih kepada Griya Jati Rasa yang mau mengadakan pelatihan Manajemen Kewirausahaan ini. Pihaknya berharap dengan adanya penyuluhan ini masyarakat dapat meningkatkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang ada di Kaliagung, sehingga dapat meningkatkan perekonomian warga. “Selama saya menjabat Kepala Desa Kaliagung, sejak November 2013 lalu, baru kali ini ada pelatihan dari LSM (tentang kewirausahaan-red) untuk desa Kaliagung,” ujarnya saat ditemui di sela-sela acara pelatihan. 


Suwito menjelaskan bila selama ini kendala-kendala yang dihadapi pada bidang kewirausahaan di desa Kaliagung, meliputi dana, modal, sebagian pengusaha belum memiliki P-IRT. “Mudah-mudahan dalam waktu dekat ada instansi yang memberikan perhatian sehingga produknya(hasil UKM-red) bisa dikenal luas,” harapnya. Diakui oleh Suwito bahwa pada pelatihan kali ini yang diundang hanya warga yang memiliki home industri, sehingga ada beberapa peserta yang tidak membawa produk olahannya untuk dipamerkan dalam pelatihan ini, karena waktu untuk mensosialisasikan mendesak yaitu 4 hari. 


Hingga saat ini di Desa Kaliagung terdapat beberapa UKM yang telah menghasilkan produk dari usaha rumahan atau home industri,  diantaranya meliputi, usaha olahan bakpia, criping garut, criping pisang, jamur tiram, jamur kuping, ampyang, semorodono, batik tulis dll. UKM-UKM ini patut didukung sebagai usaha lokal untuk meningkatkan perekonomian warga.



                                                                  Dian Pramudito/GJR

    SENTOLO – Narasumber Pelatihan Manajemen Kewirausahaan Griya Jati Rasa, Singgih Santosa sedang menyampaikan materi kepada peserta pelatihan yang merupakan sejumlah pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Balai Desa Kaliagung, Sentolo, Kulon Progo, Yogyakarta, Minggu (1/2) lalu. 


Materi Pelatihan


Pada pelatihan kali ini materi yang diberikan meliputi Kewirausahaan dan Marketing Produk, materi ini disampaikan oleh DR Singgih Santoso, sedangkan materi yang kedua yaitu Management dan Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dibawakan oleh Robert Sharleynicos Amrin. 

DR Singgih Santoso menekankan tentang arti marketing produk, bedanya penjualan dan pemasaran serta implikasi lainnya terkait dengan pemasaran sedangkan Robert Sharleynicos Amrin mengupas mengenai Pengelolaan UKM dan mengembangkan potensi usaha yang ada di masyarakat serta membuka peluang pasar sehingga mencapai harga produk yang optimal. 


Setelah sesi pemberian materi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antara peserta dengan narasumber. Pada kesempatan ini beberapa peserta dari berbagai kelompok UKM menanyakan tentang masalah pelabelan, kesulitan dalam permodalan, pembuatan P-IRT, bahan baku untuk produk yang hanya panen setahun sekali, kendala cuaca yang menghambat produksi. Selain itu salah satu peserta dari Kelompok Jamur yang bernama Karwaji mengusulkan supaya pada pelatihan selanjutnya lebih menekankan pada masing-masing kelompok dan jenis produknya.


Salah satu peserta pelatihan Ngatirah (54), pelaku usaha olahan industri rumah tangga pembuatan Criping Pisang Mekar Sari, sejak tahun 1999, dan baru mendapat izin Depkes tahun 2001, berharap dengan mengikuti pelatihan ini, dirinya nanti dapat memajukan usaha yang dikelolanya dan semakin luas pemasarannya. Diakui bila banyak kendala yang dihadapinya dalam mengelola usaha tersebut termasuk sulitnya mendapat P-IRT karena harus memenuhi syarat-syarat yang membutuhkan modal tidak sedikit, seperti dapur yang harus permanen, peralatan harus stainless stell, air mengalir dll.  (Pram)