Yayasan Griya Jati Rasa dan Karang Taruna Panggungharjo
Belajar Bersama Membuat Berbagai Macam Olahan Singkong
SEWON – Yayasan Griya Jati Rasa (GJR) bekerja sama dengan Karang
Taruna Cahyaning Amerta Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta mengadakan
kegiatan belajar bersama mengolah singkong (ketela pohon) menjadi beberapa
macam makanan ringan, pada hari Minggu (22/2) lalu, di rumah Ketua Karang Taruna tersebut, Luki Fidiantoro,
Dusun Panggungharjo. Kegiatan ini juga sebagai bagian dari bentuk perwujudan
program Yayasan GJR di bidang kemandirian desa.
Direktur Yayasan GJR, DR Farsijana Adeney Risakotta
menyatakan, “Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mendorong kewirausahaan Karang
Taruna, sekaligus melihat alur perjalanan produksinya,” jelasnya. Tujuan
kegiatan ini untuk memotivasi pemuda Karang Taruna supaya bisa bekerja sama
sekaligus menghasilkan produk yang bernilai jual bagi mereka, tambahnya.
Ketua Karang Taruna
Cahyaning Amerta Panggungharjo, Luki Fidiantoro (27), menjelaskan bila Karang
Taruna tersebut saat ini sedang panen ketela pohon, pada tanah kas desa seluas
2000 meter yang dikelola anggotanya, namun hanya 1000 meter persegi yang ditanami
ketela pohon sejak Maret 2014 tahun lalu.“Tujuan penanaman ketela pohon ini,
untuk sumber bahan baku, dengan nama Program Taruna Tani,” tuturnya, saat
ditemui di sela-sela acara tersebut.
Luki Fidiantoro
mengungkapkan bila, pihaknya mulai bekerja sama dengan Yayasan Griya Jati Rasa
sejak Desember 2014 lalu, di bidang ekonomi produktif. “Waktu itu sedang ada
acara di Kelurahan, kemudian dikenalkan oleh Pak Lurah dengan Direktur Griya
Jati Rasa, DR Farsijana Adeney Risakotta,” tuturnya.
Sebelum kegiatan belajar
bersama pengolahan ketela pohon tersebut, ada acara pemanenan sebagian ketela
di tanah kas desa tersebut, oleh anggota Karang Taruna dibantu pihak Yayasan
Griya Jati Rasa, pada hari Sabtu (7/2) dan Minggu (15/2) lalu. Luki Fidiantoro menyatakan bila jumlah ketela
yang dipanen kemarin itu belum diketahui secara pasti karena belum ditimbang,
namun diperkirakan kurang lebih sekitar 1 kwintal.
Ketika
diminta pendapat seputar kegiatan ini, Luki Fidiantoro berpendapat, “Sangat menarik
dan positif sekali, serta sekaligus bisa memberikan ide untuk usaha yang
produktif bagi karang taruna,” tuturnya.
Kegiatan belajar bersama untuk mengolah ketela pohon ini
awalnya diikuti sekitar 12 peserta dari Karang Taruna tersebut dan 4 orang
pengurus dari Yayasan Griya Jati Rasa. Acara dimulai dari pukul 09.00 hingga
17.00 WIB. Namun peserta Karang Taruna yang mengikuti hingga acara selesai
hanya berjumlah 5 orang, dikarenakan ada kesibukan masing-masing.
Itupun hanya diikuti oleh anggota pemuda Karang Taruna sedangkan
pemudinya tidak nampak hadir karena ada kesibukan masing-masing. Luki Fidiantoro menjelaskan bahwa anggota Karang
Taruna ini sudah banyak yang bekerja. “Putri-putri (anggota-red) rata-rata
sudah bekerja di toko-toko, jadi hari Minggu kadang tidak libur dan banyak yang
sudah berkeluarga,” jelasnya. Selain itu juga kurang maksimalnya komunikasi
untuk menyampaikan kegiatan ini, tambahnya.
Hal ini dibenarkan oleh Ismi Barzanah
(38), “Awalnya (kegiatan ini-red) memang untuk pria dan wanita, tetapi pada hari
H, yang wanita tidak ada yang hadir, sedangkan yang konfirmasi (wanita-red)
hanya satu orang,” jelas pengurus Yayasan GJR ini.
Sedangkan Wakil Ketua Tiga Karang
Taruna, Parjiman Rachmat (32) menjelaskan bahwa saat ini organisasinya sedang
agak vakum, “Wanitanya cuma sedikit yang aktif, dan cuma itu-itu saja,” ujarnya.
Dirinya menanggapi kegiatan ini cukup bagus karena bisa mengakrabkan dan
berharap supaya nantinya bisa menjadi usaha ekonomi produktif karang taruna
ini.
Direktur Yayasan GJR, DR Farsijana Adeney Risakotta menyatakan pihaknya menilai penting
untuk memberikan penguatan bagi karang taruna tersebut guna mengatasi
kevakuman. “Kegiatan belajar bersama ini diharapkan dapat mempererat kembali
hubungan mereka,” tandasnya.
Pada
kegiatan kali ini, hasil panen ketela pohon tersebut
dimasak menjadi berbagai makanan ringan seperti Criping, Cemplon, Lemet, dan Kue Singkong Aroma
Tape Ketan Rasa Keju tanpa Keju serta
Sayur daun singkong. Cripingnya pun diolah menjadi dengan
berbagai rasa yaitu, Criping rasa
bawang putih, rasa bawang bombay, dan rasa kayu manis.
Sumber dana untuk kegiatan belajar bersama mengolah
ketela pohon ini dari Yayasan GJR, sedangkan untuk bahan baku dan peralatannya
disediakan oleh pihak karang taruna. Pada kesempatan ini yang memberi contoh
cara memasak dan mengolahnya dari pihak Yayasan Griya Jati Rasa yaitu,
Farsijana Adeney Risakotta, Ismi Barzanah, dan Siti Kanti. Sedangkan anggota Karang Taruna, tampak lebih banyak membantu
saat mengupas ketela dan menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk memasak. Nantinya
resep-resep hasil olahan ketela pohon dalam belajar bersama ini akan diberikan
secara tertulis dari pihak Yayasan GJR kepada Karang Taruna guna mendukung
kegiatan mereka.
Seorang anggota
Karang Taruna yang sekaligus peserta dalam kegiatan ini, Mussholih (25),
mengaku tertarik pada hasil olahan ketela pohon yang dibuat menjadi Kue
Singkong Tape Ketan Rasa Keju Tanpa Keju, yang resepnya ditemukan saat kegiatan
belajar bersama ini. “Saya tertarik yang bentuknya kue karena ada unsur rasa
tape ketannya, kalau yang criping sebaiknya lebih kering lagi masaknya, terus
irisannya dibuat lebih tipis,” tuturnya. Sedangkan Luki Fidiantoro lebih tertarik pada olahan criping
karena tidak digoreng namun mengunakan oven dan varian rasanya juga banyak.
Waktu kegiatan belajar bersama memasak ketela pohon kemarin
ini, Mussholih dan beberapa temannya tampak tidak begitu maksimal dalam
mengikuti praktek membikin berbagai olahan terlebih saat mengolah Kue Singkong
Tape Ketan Rasa Keju Tanpa Keju. Ketika hal itu ditanyakan kepadanya, Mussholih
mengaku bila saat itu dirinya merasa agak sungkan dalam melakukan praktek.
“Kemarin karena ibu-ibunya kelihatan sibuk dan tidak enak kalau nantinya justru
mengganggu, kalau nantinya ada kegiatan pelatihan seperti ini lagi, saya mau
benar-benar ikut praktek membuatnya,” ujar Mussholih.
Kesan Mussholih pada kegiatan belajar bersama ini yaitu dirinya
merasa senang karena bisa menambah pengalaman dan ilmu baru, selain itu menurutnya
selama ini kegiatan karang taruna selalu bersifat sosial, maka dengan adanya
kegiatan ini diharapkan supaya kedepan dapat dikembangkan sebagai usaha ekonomi
produktif bagi Karang Taruna Panggungharjo. (Pram)