Friday, April 10, 2015

Griya Jati Rasa Meriahkan Hari Bumi. Besok Pelatihan Pembuatan Globe Dari Limbah Non Organik



Pelatihan Pembuatan Globe meriahkan Hari Bumi

Besok Pelatihan Pembuatan Globe Dari Limbah Non Organik

           GRIYA JATI RASA/DIAN PRAMUDITA
               Tim Griya Jati Rasa (Farsijana dan Krisdiyanto) sedang membuat kerangka bola bumi

DUMUNG – Dalam rangkaian memeriahkan peringatan Hari Bumi, Yayasan Griya Jati Rasa bekerja sama dengan Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa, Badan Lingkungan Hidup DIY, dan LSM Lestari menurut rencana akan mengadakan pelatihan pemilahan sampah dan Pembuatan Globe yang kulitnya terbuat dari sampah non organik. Menurut rencana, kegiatan ini akan digelar, Sabtu (11/4) Besok Siang.
Diperkirakan acara akan berlangsung dari pukul 12.30 WIB hingga 16.00 WIB di Sekretariat Yayasan Griya Jati Rasa, Pondok tali Rasa, Jalan Dumung 100 Karanggayam, Catur Tunggal Depok Sleman.  
            Rencananya dalam acara ini akan diikuti sekitar kurang lebih 30 peserta, yang merupakan anggota dari kelima kelompok binaan Yayasan Griya Jati Rasa yang tersebar di 4 kabupaten dan satu kotamadya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini. Selain itu juga akan dihadiri oleh Ibu-ibu Kelompok PKK RT 1 / RW 1 Kelurahan Karanggayam, Catur Tunggal, Depok, Sleman dan wakil dari SMP 5 Depok, Sleman.
Menurut Manajer Yayasan Griya Jati Rasa Izmi Barzanah (37) yang juga sebagai Pengorganisir kelompok yang akan terlibat dalam pembuatan Globe, “Masing-masing kelompok terdiri dari lima orang, meliputi perwakilan Kelompok Sampah Gowok Kecamatan Depok Kabupaten Sleman, Kelompok Sampah Patehan Kecamatan Keraton Kota Jogja, Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Kaliagung Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon Progo, Perwakilan Kelompok Tani Nilam Desa Giricahyo Kecamatan Purwosari Kabupaten Gunung Kidul, dan Kelompok Karang Taruna Desa Panggungharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul,” tuturnya.
Setiap kelompok nantinya akan diberi tugas mengisi bagian-bagian kulit globe dengan merangkai kulitnya dari sampah non organik. Tugas itu akan berlangsung dari tanggal 12-24 April 2015 dilakukan oleh masing-masing kelompok di daerah asalnya. Pemasangan bagian-bagian kerangka Globe ini menurut rencana nantinya akan dilakukan pada perayaan Hari Bumi tanggal 25 April 2015 bertempat di Pasar Baru Niten, Desa Panggungharjo Sewon Bantul.
            Berdasarkan proposal Yayasan Griya Jati Rasa yang ditulis oleh DR. Farsijana Adeney-Risakotta, maksud dari pelatihan pembuatan “globe”dengan lapisan ozon yang robek ini, nantinya akan ditampilkan pada pameran perayaan hari bumi yaitu sebagai sarana pembelajaran dan kampanye yang berkelanjutan terhadap upaya bersama warga dunia dalam menyelamatkan pelebaran robeknya lapisan ozon dari bumi. Disesuaikan dengan tema perayaan Hari bumi tahun ini yaitu Energi untuk Bumi. Bahkan dirinya sebagai inisiator dan konseptor dari program ini, juga telah melukis bola bumi (globe), menggambar kerangkanya dan menurunkan penjelasan teknik untuk dilakukan dalam pembuatan globe tsb.  
 Selain itu di dalam proposal juga tertulis tentang tujuan dari pelatihan pembuatan globe yaitu untuk mendorong gerakan pengolahan sampah pilah karena bahan yanng digunakan dalam pembuatan globe adalah limbah non organik yang dikumpulkan dengan gerakan pilah sampah warga.  Diharapkan kegiatan ini bisa memperluas pembentukan kelompok-kelompok pembuat sampah pilah termasuk  mengembangkan desainnya secara kreatif. Selain itu diharapkan terbentuknya forum hijau dari kelompok-kelompok pemilah sampah untuk kelestarian lingkungan. Griya Jati Rasa yang memfokuskan diri pada pengembangan UMKM mengharapkan usaha sampah pilah bisa ditingkatkan menjadi usaha produktif setara UMKM yang sadar lingkungan. 
Agenda dari kegiatan ini rencananya meliputi Pengantar Pelatihan tentang Bank Sampah yang disampaikan oleh Pusat Pengembangan Ekoregion Jawa, Pelatihan Pemilahan Sampah dilakukan olehh LSM Lestari, Penjelasan pembuatan globe oleh tim dari Griya Jati Rasa yang terdiri dari Farsijana, Ismi dan Kris diakhiri dengan tanya jawab. (Pram)

                          GRIYA JATI RASA/DIAN PRAMUDITA
Tim Griya Jati Rasa terdiri dari oma Ina, mas Nurul dan Krisdiyanto
 sedang  meneruskan kerangka bola bumi 

Thursday, April 9, 2015

Dari Dapur Griya Jati Rasa: Demo Masak Untuk Mengikuti Bazaar



Dari Dapur Griya Jati Rasa


Demo Masak Untuk Mengikuti Bazaar


DUMUNG –  Yayasan Griya Jati Rasa bersama ibu-ibu PKK RT 1 RW 1, Kelurahan Karanggayam, Catur Tunggal, Kecamatan Depok, Sleman, mengadakan Demo dan pelatihan memasak di Pondok Tali Rasa, Jalan Dumung 100 Karanggayam, Kamis (9/4) Sore. Acara ini diselenggarakan untuk persiapan Bazaar dan Pameran di Desa Catur Tunggal tanggal 17-18 April 2015 mendatang,
Hal ini dibenarkan oleh Sekretaris 2 PKK RT 1 RW 1 Kelurahan Karanggayam, Yanti Herawati (37), “Pelatihan memasak ini diadakan karena ada acara Pameran memperingati Hari Ulang Tahun desa Caturtunggal, setiap dusun wajib mengikuti pameran dan Bazaar jajanan pasar, kebetulan Bu Nona (Farsijana – Red) memfasilitasi untuk berlatih,” jelasnya saat ditemui di sela-sela acara pelatihan.

                                                     GRIYA JATI RASA / DIAN PRAMUDITA



 Ibu-ibu PKK RT 1/ RW1 sedang memasak di dapur Griya Jati Rasa, Kamis (9/4) sore.

Pelatihan kali ini dihadiri oleh 6 orang ibu-ibu anggota PKK RT setempat dan Seorang Remaja pria yang juga ikut dalam kegiatan ini. Pada kesempatan kali ini, DR Farsijana yang sekaligus sebagai tuan rumah mengajak ibu-ibu untuk berpratek membuat beberapa macam kue, yaitu Kue Singkong Tape Ketan Rasa Keju Tanpa Keju, Kue Ubi Ungu Puding Tepung Ketan Pandan Wangi, Kue Apel Soda Manis dan Kue Bayam Gurih.
Selain praktek memasak, peserta coba diberi materi tertulis dalam kertas yang berisi brosur pengetahuan tentang urutan pengolahan makanan dan resep-resep kue yang telah disebutkan di atas. Urutan pengolahan tentang makanan meliputi pengetahuan tentang apa yang akan dimasak, proses produksinya, keamanan makanan dan kebersihan pengolahan, rasa manakan, keindahan makanan, penyajian dan kemasannya.
Awalnya peserta diajak mengolah bahan dasar singkong dengan memarutnya dan dibuat Kue Singkong Tape Ketan Rasa Keju Tanpa Keju, setelah itu beberapa Kue lainnya dibuat bersaleng seling untuk mempersingkat waktu.
Salah seorang peserta pelatihan ini, Yanti Herawati menyatakan, “Ini kegiatan yang positif diharapkan bisa berkelanjutan sehingga ibu-ibu yang lain bisa ikut berpartisipasi juga, soalnya saya dan Bu Nona satu pemikirian, ingin membangun ibu-ibu Karanggayam mempunyai UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah-Red),” ungkapnya.
Dirinya terkesan dengan rasa kue yang dibuat dalam demo ini. "Itu resep baru jadi menurut saya enak rasanya, saya belum pernah merasakan kue-kue yang seperti ini, dan ini merupakan sumbangan resep baru dari Bu Nona," tutur Yanti. (Pram)  

                                                                          GRIYA JATI RASA / DIAN PRAMUDITA                                                         Kegiatan yang dibuka oleh Manajer Griya Jati Rasa, Izmi Barzanah, ternyata tidak hanya dihadiri oleh ibu-ibu saja tetapi ada seorang pemuda.


















Monday, April 6, 2015

Murid Terkesan Pada Materi "Asking Permission"



Kursus Bahasa Inggris Bagi Anak-Anak di Griya Jati Rasa

Murid Terkesan Pada Materi Asking Permission


                                                                                 GRIYA JATI RASA (ISMI)
 
         Suasana belajar bahasa Inggeris kelas anak-anak di Pondok Tali Rasa, 
        Jl. Dumung 100, CT VIII Karanggayam, Senin (9/3) lalu.

 
DUMUNG – Salah seorang murid Kursus Bahasa Inggris untuk anak-anak di Yayasan Griya Jati Rasa, yang bernama Nur Oktaviana (11) mengaku terkesan pada salah satu materi pembelajaran program ini, yaitu mengenai topik Asking Permission. Dirinya mengaku bisa mendapatkan wawasan dan tambahan pengetahuan berbahasa Inggris yang menyangkut aspek sopan santun bila akan ke belakang.
“Saya terkesan pada materi Asking Permission karena bisa mendapat pengetahuan tentang sopan santun dalam bahasa Inggris, sebagai contoh, May I wash my hand, please,” ungkapnya saat ditemui pada kegiatan Pelatihan Bahasa Inggris, Senin (6/4) Siang, di Pondok Tali Rasa, Jalan Dumung 100, Karanggayam, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.
Nur Oktaviana yang akrab dipanggil Via ini mengaku terkesan karena bisa menggunakan contoh kalimat bahasa inggris tersebut untuk menyatakan bila akan izin ke belakang. Pada kesempatan yang sama, Yohanna Kurnitta (28) Pengajar Bahasa Inggris di Griya Jati Rasa, menjelaskan apa yang dimaksud oleh salah satu muridnya tersebut. “Sebetulnya pemakaian kalimat May I wash my hand, please, maknanya luas, sehingga bisa dipakai untuk menyatakan izin ke belakang,” jelasnya.
Kursus Bahasa Inggris untuk anak-anak yang diselenggarakan oleh Yayasan Griya Jati Rasa setiap hari Senin sejak 9 Februari 2015 lalu itu, saat ini muridnya mencapai 13 orang, kebetulan semuanya merupakan siswi SD Deresan yang lokasinya tidak jauh dari tempat kursus tersebut. Awalnya murid yang ikut sebanyak 10 orang yang kebanyakan adalah murid les menari yang programnya gratis dan  juga diadakan di Pondok Tali Rasa. Les menari ini bahkan sudah berlangsung beberapa tahun yang lalu. Seiring berjalannya waktu, mereka berhasil mengajak 3 teman lainnya untuk bergabung dalam kursus bahasa Inggris ini sehingga ada murid kursus bahasa Inggris yang bukan dari murid les menari.

Gratis Karena Kurikulumnya Bersifat Ujicoba 

Direktur Yayasan Griya Jati Rasa DR Farsijana Adeney-Risakotta (50) menyatakan bahwa kegiatan pelatihan bahasa Inggris buat anak-anak ini merupakan salah satu unit usaha English program yang bisa diberikan pada masyarakat dengan biaya terjangkau. Saat ini masih bersifat gratis karena kurikulumnya masih bersifat uji coba, “Rancangannya agak berbeda daripada kurikulum biasanya, kurikulum ini lebih dikhususkan supaya anak lebih banyak bicara dan sebelumnya harus bisa mendengar dengan baik,” jelas Dosen UKDW ini saat ditemui di Pondok Tali Rasa, Senin (6/4) Siang.
  Sumber dana kegiatan ini berasal dari Yayasan Griya Jati Rasa, sebagai bagian amal kepada masyarakat, “Masih gratis dalam rangka uji coba, untuk tahap selanjutnya bisa ada sumbangan untuk live in, pentas, ya diajak menabung untuk merencanakan kegiatan mereka,” ungkap Farsijana Adeney-Risakotta. 
Untuk tahap kurikulum uji coba ini rencananya sekitar 13-14 tatap muka. Peluang untuk membuka kelas baru tetap terbuka tetapi tidak dalam waktu dekat karena kurikulumnya harus diuji coba terlebih dahulu. “Boleh membawa teman-teman baru yang pria, tetapi itu untuk kelas baru yang sudah diuji nantinya,” tutur Farsijana.
Sementara itu, Morista Sasi Apriliana (10) yang juga salah satu murid di Kursus Bahasa Inggris ini, mengaku merasakan dampak dari ikut kegiatan ini, yaitu adanya peningkatan nilai ulangan harian dalam mata pelajaran bahasa inggris di sekolahnya. “Dulu mendapat nilai 76-80 terus sekarang nilainya 88,” ungkap siswi yang memiliki nama panggilan Sasi ini.
Namun Sasi juga mengaku masih kesulitan untuk membedakan angka ganjil (odd number) dan angka genap (even number) ke dalam bahasa Inggris. Sasi dan Via mengaku masih kesulitan dalam berbicara atau pelafalan bahasa Inggris. Walau demikian mereka berdua mengakui bila penyampaian materi dan cara mengajar di kursus ini jelas dan tidak terlalu cepat sehingga mudah dimengerti. Via berharap bisa lancar berbahasa Inggris dan gurunya bisa menyampaikannya tetap secara jelas, singkat dan tepat serta materinya lebih diperluas.
Pengajar Kursus Bahasa Inggris di Griya Jati Rasa, Yohanna Kurnitta mengungkapkan bahwa peserta didiknya memiliki semangat untuk belajar dan itu merupakan modal dasar atau potensi sehingga peluang keberhasilannya besar. Selain itu lokasi kegiatan belajar bahasa Inggrisnya di Outdoor (luar ruangan) sehingga bisa lebih santai dan mudah untuk beradaptasi dengan kondisi anak serta mudah melihat apa yang mereka butuhkan.
“Kesulitannya kalau anak-anak sedang tidak mood, sebagai contoh minggu lalu semuanya ribut jadi gak konsen, itu karena jam pelajarannya diganti dari pukul 14.00 menjadi pukul 13.15 WIB, sehingga mereka belum istirahat,” ujar Yohanna Kurnitta. Untuk mengatasi rasa tidak mood peserta didiknya, Yohanna Kurnitta membawa situasi kelas dalam suasana permainan sehingga diharapkan murid-muridnya bersemangat kembali, itu sebagai salah satu solusi mengatasi permasalahan bad mood, selain juga bisa untuk mengakrabkan.
Yohanna Kurnitta berharap semoga murid-muridnya bisa mendapat manfaat dari program ini, mereka semakin konfinden dalam berbicara dalam bahasa Inggris. “Semoga apa yang mereka dapat di sini bisa diterapkan di sekolah dan lingkungan lain,” harapnya (Dit).