Monday, June 1, 2015

Pelatihan Anggrek di Pondok Tali Rasa. Menarik Karena Ada Prakteknya.



Pelatihan Anggrek di Pondok Tali Rasa


Menarik Karena Ada Prakteknya


DUMUNG – Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Kreatifitas Bangsa Untuk Keadilan dan Perdamaian Griya Jati Rasa (GJR) menyelenggarakan pelatihan anggrek di Pendopo Pondok Tali Rasa Jalan Dumung 100 CT VIII Karanggayam, Sleman, Minggu (24/5) kemarin.
Dalam Term Of Reference (TOR) yang dikirim bersama undangan kepada peserta ditanda tangani Direktur Yayasan Griya Jati Rasa, DR Farsijana Adeney-Risakotta, diungkapkan bahwa pada bazar di Balai Desa Catur Tunggal, Depok, Sleman,  tanggal 17 -18 April 2015 bulan lalu, pajangan anggrek di stand UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) Griya Jati Rasa diserbu pembeli dalam waktu singkat.
Hal inilah yang mendorong ibu-ibu dusun Karanggayam di desa Catur Tunggal untuk mencoba mengembangkan usaha anggrek. Dalam rangka mewujudkannya Yayasan Griya Jati Rasa berusaha memfasilitasinya dengan menyelenggarakan pelatihan anggrek ini.
Acara ini dibuka oleh Manajer Griya Jati Rasa Izmi Barzanah, kemudian dilanjutkan dengan sambutan oleh Direktur Griya Jati Rasa DR Farsijana Adeney Risakotta, yang diteruskan ke acara pelatihan. Pembawa materi atau pelatih dalam kegiatan ini yaitu seorang pengusaha anggrek sekaligus pemilik Felis Orchid di daerah Kalasan, yang bernama Lie Kumala (50).
Dalam sambutannya Direktur Griya Jati Rasa DR Farsijana Adeney Risakotta mengucapkan banyak terima kasih sekaligus apresiasinya kepada trainer atau pelatih pada pelatihan ini yang mau membagikan metode inovatif dalam pengembangan anggrek yang dilakukan ibu-ibu secara tradisional. “Ibu Lie Kumala mau membagi tabir pengetahuan tentang anggrek secara cuma-cuma kepada ibu-ibu, ini luar biasa, ibu Lie juga mau mengajari bagaimana pemasaran anggrek itu,” tutur dosen Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) ini.
Jumlah peserta pada kegiatan ini sebanyak 16 orang termasuk panitianya, sebagian besar merupakan ibu-ibu yang tinggal di sekitar Karanggayam, dan ada juga peserta dari Kelurahan Patehan  Kota Jogja. Sebelumnya Yayasan Griya Jati Rasa juga sudah mengundang kelompok-kelompok dari lima desa binaannya yang tersebar di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu, desa Karanggayam, Panggungharjo, Giri Cahyo, Kaliagung dan Kelurahan Patehan.
Manajer Yayasan Griya Jati Rasa Izmi Barzanah mengatakan, “Sebetulnya tidak hanya kelompok dampingan saja, tetapi mitra kerja juga (diundang-red), namun yang hadir hanya dari kelompok Karanggayam dan Patehan, yang Kaliagung tidak bisa karena masih dalam suasana duka, Giri Cahyo berhalangan karena sakit, sedangkan Panggungharjo tidak konfirmasi,” jelasnya. Target peserta semula berjumlah 25 orang, sedangkan yang hadir 16 orang, tambahnya.      
Salah satu peserta pelatihan anggrek ini yaitu Anik Marciana (47) menyatakan bahwa kegiatan yang diselenggarakan tersebut menarik karena peserta bisa langsung ikut berpraktek menanam anggrek. “Pelatihannya sangat menarik karena kita bisa ikut terjun, turut serta (menanam-red), jadi kalau tidak ada prakteknya kurang menarik,” tutur karyawan kantin SD Catur Tunggal 3 ini.
Ketika diminta pendapatnya soal penyampaian materi pelatihan ini, Anik Marciana menyatakan bahwa jelas atau tidaknya tentang materi tergantung penangkapan masing-masing peserta. “Mungkin prakteknya bisa diikuti, kalau untuk obat-obatannya orang awam tidak begitu paham,” jelasnya. Dirinya juga mengaku senang karena dapat mengikuti pelatihan ini dan memiliki keinginan agar nantinya bisa berkebun anggrek sendiri. Selain itu Anik juga berharap, supaya pelatihan seperti ini bisa berlanjut sehingga bisa mengetahui perkembangan dan hasilnya.
Dalam kegiatan ini, Lie Kumala selaku pelatih awalnya memberikan sekilas materi tentang tanaman anggrek kepada peserta, setelah itu para peserta diajak berpraktek mengeluarkan bibit-bibit anggrek dari dalam botol dengan cara memecah botol tersebut menggunakan palu di dalam ember. Pada pelatihan ini disediakan sejumlah botol yang berisi bibit anggrek sehingga cukup bagi peserta untuk melakukan praktek. 

Judul Foto :Sabut Kelapa Jadi Media Anggrek
Fotografer : Dian Pramudita/Griya Jati Rasa
IBU-IBU Kampung Karanggayam, sedang memberi media yaitu sabut kelapa pada bibit anggrek yang sudah dikeluarkan dari botol, selanjutnya bibit-bibit anggrek berserta sabut kelapa tersebut dimasukkan ke dalam pot-pot berukuran kecil. Kegiatan ini berlangsung pada pelatihan anggrek di Pondok Tali Rasa, Minggu (24/5) lalu.
 Setelah dikeluarkan dari botol, bibi-bibit anggrek tersebut direndam selama 5 menit di dalam air yang sudah dicampur dengan fungisida. Kemudian itu bibit dibersihkan, diberi media yaitu sabut kelapa. Lie Kumala menyatakankan bila dirinya lebih suka memilih sabut kelapa sebagai media tanam anggrek dibanding pakis. Lie Kumala mengaku tidak mau menggunakan media yang bisa menyebabkan kerusakan lingkungan karena diambil terus menerus sehingga berdampak pada ekosistem alam seperti pakis, yang selama ini umumnya masih digunakan sebagai media anggrek.
“Makanya saya menggunakan sabut kelapa yang biasanya hanya menjadi limbah, ternyata sabut kelapa baik digunakan untuk media anggrek terutama jenis Dendro, tapi harus diingat sabut kelapa hanya baik digunakan di tempat kering seperti Jogja, kalau di tempat yang lembab, tidak bagus, seperti Bogor,” jelas Lie Kumala yang sudah menekuni usaha anggrek sejak tahun 1995. 
Sebelum digunakan sebagai media tanam anggrek, sabut kelapa tersebut sudah direndam ke dalam air untuk menghilangkan zat-zat yang dapat merugikan. Lie Kumala menjelaskan, “Sabut kelapa direndam 2 hari untuk menghilangkan zat tanin karena beracun,” tuturnya. Disebut beracun karena zat tanin diketahui sebagai zat yang bisa menghambat pertumbuhan tanaman.
Setelah diberi media yaitu sabut kelapa, bibit-bibit anggrek tersebut dimasukkan oleh ibu-ibu  ke dalam pot-pot berukuran kecil yang memiliki banyak lubang. Jumlah pot yang disediakan dan diperlukan sangat banyak karena botol yang disediakan berjumlah 5, dan masing-masing botol rata-rata berisi 50 bibit anggrek. Tampak peserta begitu antusias memasukkan bibit-bibit anggrek tersebut beserta sabut kelapanya ke dalam pot-pot kecil berdiameter sekitar 5 cm. Bibit-bibit anggrek itu disarankan nantinya dipindah ke pot yang berukuran lebih besar setelah berumur 3 - 4 bulan.
Bibit-bibit anggrek yang dimasukkan ke dalam pot itu dibawa pulang oleh peserta, masing-masing peserta mendapat 2 buah pot anggrek yang masing-masing terdiri dari satu jenis Dendrobium dan satu jenis anggrek bulan.
 Seperti sudah diungkapkan sebelumnya, dalam pelatihan ini, peserta juga diberi sekilas penjelasan oleh pelatih mengenai potensi pasar dan pemasaran anggrek di Indonesia. “Pangsa pasar anggrek di Indonesia setahun Rp 7 Triliun, saya dapatkan di Makassar waktu pertemuan Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI),” ungkap Lie Kumala. Dirinya memberikan saran, bagi ibu-ibu yang berminat untuk usaha budidaya anggrek, supaya bisa menentukan akan fokus di bagian mana, apakah itu pembibitan, seedling, remaja atau bunga. Dalam kelompok petani anggrek idealnya terdapat semua unsur tersebut.

Judul Foto : Pemberian materi
Fotografer : Dian Pramudita/Griya Jati Rasa
PEMBERIAN MATERI - Pengusaha anggrek Lie Kumala selaku trainer (pelatih) pada pelatihan anggrek di Pondok Tali Rasa, Minggu (24/5) lalu, tampak sedang menyampaikan materi kepada peserta yang sebagian besar merupakan ibu-ibu penduduk desa Karanggayam, Caturtunggal Depok, Sleman.
 
Lie Kumala mengungkapkan, “Sebetulnya aku mengadakan pelatihan-pelatihan, mengadakan plasma petani, karena pangsa pasar besar, jadi mereka jual sendiri, kami dari PAI mau mengadakan kelompok tani belum bisa karena mereka biasanya perseorangan, suka jual sendiri,” tuturnya.
Dirinya berharap, nantinya setelah ada pelatihan anggrek ini ada tindak lanjutnya. “Kalau memang bisa, ayo bikin kelompok tani anggrek, kenapa sini (Karanggayam-Red) tidak dijadikan desa anggrek,” harapnya.
Kegiatan ini ditutup dengan pemberian kenang-kenangan dari Yayasan Griya Jati Rasa dan ibu-ibu dari dusun Karanggayam kepada pelatih Lie Kumala. Kenang-kenangan tersebut diserahkan oleh Yanti Herawati (37) dan diterima secara langsung oleh Lie Kumala. Acara kemudian dilanjutkan dengan foto bersama antara peserta, panitia dan pelatih di Pendopo Pondok Tali Rasa. (Pram)

Judul Foto : Foto Bersama
Fotografer : Dian Pramudita/Griya Jati Rasa
FOTO BERSAMA - Usai mengikuti pelatihan anggrek di Pondok Tali Rasa, Karanggayam Caturtunggal Depok Sleman, pada Minggu (24/5) lalu, peserta pelatihan anggrek berfoto bersama Pelatih Lie Kumala dan panitia pelatihan dari Yayasan Griya Jati Rasa.
 

No comments:

Post a Comment