Yayasan Griya Jati Rasa Kumpulkan Kelompok Usaha
Binaannya
Bahas Pembentukan Griya Jati Rasa Micro Finance
DEPOK - Yayasan Griya
Jati Rasa (GJR) mengumpulkan serta mempertemukan kelompok-kelompok usaha dari
lima desa binaannya guna membahas proses pembentukan Griya Jati Rasa (GJR) Micro
Finance, yang nantinya akan beranggotakan dari kelompok usaha tersebut. Acara
berlangsung, Sabtu (21/2) kemarin di Sekretariat Yayasan GJR, Pondok Tali Rasa,
Jalan Dumung 100, Karanggayam, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.
GJR
Micro Finance merupakan salah satu unit usaha simpan pinjam yang dimiliki oleh
Yayasan GJR. Keberadaannya bersifat umum. Difungsikan untuk mendukung serta
membantu kelompok-kelompok usaha, dimulai dari kelima desa binaan Yayasan GJR.
Bentuk bantuannya di bidang permodalan yang disesuaikan dengan perencanaan
bisnis, guna pengembangan usaha mereka.
Peserta
yang hadir dalam acara ini sebanyak 18 orang, yang terdiri dari anggota
berbagai kelompok usaha tersebut dan pengurus Yayasan GJR. Pemandu acara
kegiatan ini yaitu salah satu anggota Divisi Gerakan Sosial dan Pengorganisasian
Kelompok UMKM Yayasan GJR, Ismi Barzanah. Sedangkan pemberi materi yaitu konsultan
perekonomian sekaligus praktisi di bidang simpan pinjam Robert Sherlynicos
Amrin, SE.
Walaupun nama acaranya pembentukkan Pengurus dan Keanggotaan
GJR Micro Finance, namun kegiatan kali ini masih bersifat sharing dan dialog
antara pemberi materi dengan para peserta yang berasal dari berbagai kelompok
usaha tersebut. Belum sampai pada tahap untuk menentukan struktur dan susunan pengurusnya.
Hasil dari kegiatan ini yaitu bisa menyerap aspirasi dari para peserta tentang
permasalahan kelompok usaha mereka, sehingga nantinya bisa menjadi bahan
pertimbangan dan masukan untuk proses penyusunan konsep serta aturan pada GJR
Micro Finance.
Hal tersebut dibenarkan oleh Direktur GJR DR Farsijana
Adeney Risakotta (50), “Tadi belum terbentuk pengurus karena gambaran tentang GJR
Micro Finance harus disamakan persepsinya terlebih dahulu, terutama bagaimana
modal itu disalurkan, bagaimana melayani kelompok sehingga modal itu nantinya
dikembalikan untuk bisa dipakai buat pengembangan lagi,” tuturnya saat ditemui,
Sabtu (21/2) lalu. Pihaknya menjelaskan bila saat ini masih dalam proses pengorganisasian
dan mencari tahu kebutuhan kongkretnya.
“Ada faktor-faktor yang perlu dibahas terlebih dahulu,
sehingga nantinya kelompok pada waktu memutuskan untuk bergabung dalam
keanggotaan (GJR Micro Finance-Red) tidak merasa terpaksa dan tahu soal microfinance,
tidak hanya modal, tapi juga rangkaian proses produksi juga harus dikawal,”
ungkap Farsijana Adeney Risakotta.
Tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk menemukan kesamaan
tentang pentingnya modal usaha yang diperlukan oleh kelompok-kelompok usaha di
desa binaan dan harus didukung oleh GJR untuk merealisasikan pencapaian
kemandirian desa.
Menurut
rencana dalam satu minggu ini akan dibuat AD/ART GJR Micro Finance, dengan
difasilitasi oleh Robert Sherlynicos Amrin, SE, sebagai fasilitator, konsultan
ekonomi sekaligus anggota yayasan GJR. Setelah AD/ART nanti terbentuk, baru
akan diadakan pertemuan kembali untuk menyusun kepengurusan GJR Microfinance.
Menurut rencana calon pengurusnya berasal dari pengurus Yayasan GJR dan
perwakilan anggota dari penerima manfaat microfinance.
Calon
anggota dari GJR Micro Finance untuk sementara ini diutamakan dari kelompok-kelompok
usaha di kelima desa binaan Yayasan GJR yang kelompoknya memenuhi kriteria
berdasarkan standar yang dibuat oleh GJR Micro Finance.
Salah
satu Pengawas Yayasan GJR, Erlinda Panisales (59) menyambut baik kegiatan ini, dimana
pendekatannya dimulai dari pembekalan awal, lalu sharing. Diharapkan nantinya
ada pendampingan bagi kelompok-kelompok untuk mewujudkan apa yang sudah
dibekali tadi. “Mungkin yang perlu dilakukan sebagai tindak lanjut dari
pembekalan tadi, assesment kebutuhan
untuk merumuskan program peningkatan kapasitas kewirausahaan yang
berkelanjutan,” ujarnya. Dirinya berharap agar kelompok-kelompok tersebut
diberi contoh bagaimana membuat rencana usaha, yang diawali dengan studi
kelayakan, proses produksi, penentuan harga, pemasaran dan pengembangan keorganisasian,
serta ramah lingkungan tambahnya.
Salah
satu peserta kegiatan ini yang merupakan pengusaha budidaya Jamur dari
Kaliagung, Sentolo, Kulon Progo, Karwaji (64) menilai bahwa kegiatan ini sangat
baik untuk kepentingan pemberdayaan kelompok usaha, dirinya berharap supaya
segera ada penguatan modal yang diberikan untuk memperlancar usaha, “Saran saya
untuk pertemuan selanjutnya ada kegiatan bagi kelompok semacam arisan, sehingga
ada pengikatnya untuk anggota mau datang dan saling berkomunikasi,” ujar Pensiunan
guru salah satu SD Negeri di Jetis, Kota Jogja ini. (Pram)
No comments:
Post a Comment