Saturday, February 28, 2015

Yayasan Griya Jati Rasa dan Karang Taruna Panggungharjo. Belajar Bersama Membuat Berbagai Macam Olahan Singkong

Yayasan Griya Jati Rasa dan Karang Taruna Panggungharjo

Belajar Bersama Membuat Berbagai Macam Olahan Singkong


                                                                                        DIAN PRAMUDITA/GJR
                SEJUMLAH anggota Karang Taruna Cahyaning Amerta Panggungharjo, Sewon
                Bantul beserta dengan anggota Yayasan Griya Jati Rasa tampak sedang mengupas 
                ketela pohon yang merupakan sebagian dari hasil panen Karang Taruna tersebut. 
                Selanjutnya ketela tersebut diolah menjadi berbagai macam makanan ringan, dalam 
                belajar bersama pengolahan ketela, pada hari Minggu (22/2) lalu, di desa tersebut.
  
                                                                                                                         
                                   
SEWON – Yayasan Griya Jati Rasa (GJR) bekerja sama dengan Karang Taruna Cahyaning Amerta Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta mengadakan kegiatan belajar bersama mengolah singkong (ketela pohon) menjadi beberapa macam makanan ringan, pada hari Minggu (22/2) lalu, di rumah Ketua Karang Taruna tersebut, Luki Fidiantoro, Dusun Panggungharjo. Kegiatan ini juga sebagai bagian dari bentuk perwujudan program Yayasan GJR di bidang kemandirian desa.  
Direktur Yayasan GJR, DR Farsijana Adeney Risakotta menyatakan, “Kegiatan ini dilakukan dalam rangka mendorong kewirausahaan Karang Taruna, sekaligus melihat alur perjalanan produksinya,” jelasnya. Tujuan kegiatan ini untuk memotivasi pemuda Karang Taruna supaya bisa bekerja sama sekaligus menghasilkan produk yang bernilai jual bagi mereka, tambahnya.
        Ketua Karang Taruna Cahyaning Amerta Panggungharjo, Luki Fidiantoro (27), menjelaskan bila Karang Taruna tersebut saat ini sedang panen ketela pohon, pada tanah kas desa seluas 2000 meter yang dikelola anggotanya, namun hanya 1000 meter persegi yang ditanami ketela pohon sejak Maret 2014 tahun lalu.“Tujuan penanaman ketela pohon ini, untuk sumber bahan baku, dengan nama Program Taruna Tani,” tuturnya, saat ditemui di sela-sela acara tersebut.
           Luki Fidiantoro mengungkapkan bila, pihaknya mulai bekerja sama dengan Yayasan Griya Jati Rasa sejak Desember 2014 lalu, di bidang ekonomi produktif. “Waktu itu sedang ada acara di Kelurahan, kemudian dikenalkan oleh Pak Lurah dengan Direktur Griya Jati Rasa, DR Farsijana Adeney Risakotta,” tuturnya.
           Sebelum kegiatan belajar bersama pengolahan ketela pohon tersebut, ada acara pemanenan sebagian ketela di tanah kas desa tersebut, oleh anggota Karang Taruna dibantu pihak Yayasan Griya Jati Rasa, pada hari Sabtu (7/2) dan  Minggu (15/2) lalu. Luki Fidiantoro menyatakan bila jumlah ketela yang dipanen kemarin itu belum diketahui secara pasti karena belum ditimbang, namun diperkirakan kurang lebih sekitar 1 kwintal.
         Ketika diminta pendapat seputar kegiatan ini, Luki Fidiantoro berpendapat, “Sangat menarik dan positif sekali, serta sekaligus bisa memberikan ide untuk usaha yang produktif bagi karang taruna,” tuturnya.  
Kegiatan belajar bersama untuk mengolah ketela pohon ini awalnya diikuti sekitar 12 peserta dari Karang Taruna tersebut dan 4 orang pengurus dari Yayasan Griya Jati Rasa. Acara dimulai dari pukul 09.00 hingga 17.00 WIB. Namun peserta Karang Taruna yang mengikuti hingga acara selesai hanya berjumlah 5 orang, dikarenakan ada kesibukan masing-masing.
Itupun hanya diikuti oleh anggota pemuda Karang Taruna sedangkan pemudinya tidak nampak hadir karena ada kesibukan masing-masing. Luki Fidiantoro menjelaskan bahwa anggota Karang Taruna ini sudah banyak yang bekerja. “Putri-putri (anggota-red) rata-rata sudah bekerja di toko-toko, jadi hari Minggu kadang tidak libur dan banyak yang sudah berkeluarga,” jelasnya. Selain itu juga kurang maksimalnya komunikasi untuk menyampaikan kegiatan ini, tambahnya.
Hal ini dibenarkan oleh Ismi Barzanah (38), “Awalnya (kegiatan ini-red) memang untuk pria dan wanita, tetapi pada hari H, yang wanita tidak ada yang hadir, sedangkan yang konfirmasi (wanita-red) hanya satu orang,” jelas pengurus Yayasan GJR ini.
Sedangkan Wakil Ketua Tiga Karang Taruna, Parjiman Rachmat (32) menjelaskan bahwa saat ini organisasinya sedang agak vakum, “Wanitanya cuma sedikit yang aktif, dan cuma itu-itu saja,” ujarnya. Dirinya menanggapi kegiatan ini cukup bagus karena bisa mengakrabkan dan berharap supaya nantinya bisa menjadi usaha ekonomi produktif karang taruna ini.
Direktur Yayasan GJR, DR Farsijana Adeney Risakotta menyatakan pihaknya menilai penting untuk memberikan penguatan bagi karang taruna tersebut guna mengatasi kevakuman. “Kegiatan belajar bersama ini diharapkan dapat mempererat kembali hubungan mereka,” tandasnya.
            Pada kegiatan kali ini, hasil panen ketela pohon tersebut dimasak menjadi berbagai makanan ringan seperti Criping, Cemplon, Lemet, dan Kue Singkong Aroma Tape Ketan Rasa Keju tanpa Keju serta Sayur daun singkong. Cripingnya pun diolah menjadi dengan berbagai rasa yaitu, Criping rasa bawang putih, rasa bawang bombay, dan rasa kayu manis.
Sumber dana untuk kegiatan belajar bersama mengolah ketela pohon ini dari Yayasan GJR, sedangkan untuk bahan baku dan peralatannya disediakan oleh pihak karang taruna. Pada kesempatan ini yang memberi contoh cara memasak dan mengolahnya dari pihak Yayasan Griya Jati Rasa yaitu, Farsijana Adeney Risakotta, Ismi Barzanah, dan Siti Kanti. Sedangkan anggota Karang Taruna, tampak lebih banyak membantu saat mengupas ketela dan menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk memasak. Nantinya resep-resep hasil olahan ketela pohon dalam belajar bersama ini akan diberikan secara tertulis dari pihak Yayasan GJR kepada Karang Taruna guna mendukung kegiatan mereka.
           Seorang anggota Karang Taruna yang sekaligus peserta dalam kegiatan ini, Mussholih (25), mengaku tertarik pada hasil olahan ketela pohon yang dibuat menjadi Kue Singkong Tape Ketan Rasa Keju Tanpa Keju, yang resepnya ditemukan saat kegiatan belajar bersama ini. “Saya tertarik yang bentuknya kue karena ada unsur rasa tape ketannya, kalau yang criping sebaiknya lebih kering lagi masaknya, terus irisannya dibuat lebih tipis,” tuturnya. Sedangkan Luki Fidiantoro lebih tertarik pada olahan criping karena tidak digoreng namun mengunakan oven dan varian rasanya juga banyak.
Waktu kegiatan belajar bersama memasak ketela pohon kemarin ini, Mussholih dan beberapa temannya tampak tidak begitu maksimal dalam mengikuti praktek membikin berbagai olahan terlebih saat mengolah Kue Singkong Tape Ketan Rasa Keju Tanpa Keju. Ketika hal itu ditanyakan kepadanya, Mussholih mengaku bila saat itu dirinya merasa agak sungkan dalam melakukan praktek. “Kemarin karena ibu-ibunya kelihatan sibuk dan tidak enak kalau nantinya justru mengganggu, kalau nantinya ada kegiatan pelatihan seperti ini lagi, saya mau benar-benar ikut praktek membuatnya,” ujar Mussholih.
Kesan Mussholih pada kegiatan belajar bersama ini yaitu dirinya merasa senang karena bisa menambah pengalaman dan ilmu baru, selain itu menurutnya selama ini kegiatan karang taruna selalu bersifat sosial, maka dengan adanya kegiatan ini diharapkan supaya kedepan dapat dikembangkan sebagai usaha ekonomi produktif bagi Karang Taruna Panggungharjo. (Pram)




                                                                                                                   



No comments:

Post a Comment